Minggu, 28 September 2014

Pengertian DOF

Depth of Field atau DOF apa itu...? mungkin ini yang terselip di benak para pembaca atau penghobi fotografi yang masih pemula, disini akan saya jelaskan mengenai definisi Depth of Field atau sering disebut juga f-stop. DOF, atau Depth of Field, untuk mudahnya bisa dijelaskan sebagai “bagian dari foto yang kelihatan tajam”.

Teorinya begini: lensa hanya bisa fokus di satu jarak tertentu, dan pada titik fokus ini gambar akan kelihatan paling tajam. Sedikit maju atau sedikit mundur dari titik ini maka gambar akan mulai blur secara gradual. Namun, karena kemampuan mata kita terbatas, perubahan ketajaman yang sedikit demi sedikit ini belum tentu tertangkap mata. Nah, area yang bagi mata masih bisa dianggap tajam inilah yang disebut Depth of Field.

Di fotografi, area ini bisa besar, bisa juga kecil. Bila kita melihat foto pemandangan di mana gambar terlihat tajam dari ujung ke ujung, itu berarti depth of field nya besar. Kalau kita melihat foto closeup di mana hanya obyeknya saja yang tajam sementara latar depan dan latar belakangnya tampak blur, maka depth of field nya lebih kecil.

Semakin besar depth of field, semakin besar area di foto yang tampak tajam. Semakin kecil depth of field semakin sempit area di foto yang tajam.

Lalu bagaimana mengatur depth of field ketika memotret?

Depth of field bergantung pada tiga faktor: jarak obyek, panjang lensa, dan besar kecil bukaan lensa (aperture). Jadi kalau jarak sama, dan lensa yang dipakai sama, maka untuk mengubah depth of field kita harus mengatur besar-kecil aperture.

Bicara besar kecil aperture sampailah kita ke istilah f-stop, atau f-number. Pernah dengar kan? Angka f-stop yang lazim misalnya f/4, f/16 atau f/22. Ini dia yang dimaksud dengan besar kecil aperture. Tidak usah bingung, ini rumus sederhana yang bunyinya: panjang fokus (f) dibagi dengan diameter aperture. Semakin besar angka diameter aperture, semakin kecil-lah nilai f-number kita (ya iya lah, angka pembagi makin besar, ya hasil pembagiannya jadi makin kecil)

Teorinya: semakin besar f-number, depth of field akan makin besar, semakin kecil f-number, depth of field makin kecil.

Jadi: Semakin besar f-number, semakin banyak area yang tajam, semakin kecil f-number, semakin sedikit area yang tajam.

Memakai f/16 atau f/22 misalnya, akan membantu untuk memotret pemandangan, karena dari ujung ke ujung gambar akan kelihatan tajam. Untuk gambar yang sama, memakai f/4 atau f/2.8 akan membantu untuk mengisolasi suatu obyek tertentu di dalam gambar, agar menjadi lebih dominan dari sekelilingnya.


Read more at http://extremezooming.blogspot.com/2012/10/apa-itu-depth-of-field.html#bAEHcj6p6v1Ac5UG.99

Lensa Tele Nikon

Nikon 70-200mm f/2.8 ED VR yang selisih harganya mencapai 10.000.000 rupiah, tentunya akan timbul pertanyaan di benak sobat exzo, kenapa selisih harganya sebesar itu? dimana perbedaannya? mari kita lihat pebandingannya.


Perbedaan paling mencolok adalah pada beratnya, Nikon 70-200mm f/2.8 ED VR beratnya 1.540 gram, sedangkan Nikon 70-200mm f/4 ED VR memiliki bobot 850 gram (setengah dari Nikon 70-200mm f/2.8 VR). Ini adalah keuntungan bagi sobat exzo yang gemar hunting dan malas membawa yang berat-berat.

Harga lensa Nikon 70-200mm f/4 ED VR lebih murah yakni US$1.400.
Lensa Nikon 70-200mm f/4 ED VR juga memiliki teknologi vibration reduction (VR) terbaru, yakni generasi ketiga VR yang dapat menyediakan 5 stop stabilisasi.


Pada lensa Nikon zoom tele 70-200mm f/2.8 ED VR aperture maksimum f/2.8 dan aperture minimum f/22, sedangkan pada lensa tele Nikon 70-200mm f/4 ED VR Aperture maksimum  f/4 dan Aperture minimum f/32.



Cara setting shutter speed

  • Setting shutter speed sebesar 500 dalam kamera anda berarti rentang waktu sebanyak 1/500 (seperlimaratus) detik. Ya, sesingkat dan sekilat itu. Sementara untuk waktu eksposur sebanyak 30 detik, anda akan melihat tulisan seperti ini: 30’’
  • Setting shutter speed di kamera anda biasanya dalam kelipatan 2, jadi kita akan melihat deretan seperti ini: 1/500, 1/250, 1/125, 1/60, 1/30 dst. Kini hampir semua kamera juga mengijinkan setting 1/3 stop, jadi kurang lebih pergerakan shutter speed yang lebih rapat; 1/500, 1/400, 1/320, 1/250, 1/200, 1/160 … dst.
  • Untuk menghasilkan foto yang tajam, gunakan shutter speed yang aman. Aturan aman dalam kebanyakan kondisi adalah setting shutter speed 1/60 atau lebih cepat, sehingga foto yang dihasilkan akan tajam dan aman dari hasil foto yang berbayang (blur/ tidak fokus). Kita bisa mengakali batas aman ini dengan tripod atau menggunakan fitur Image Stabilization.
  • Batas shutter speed yang aman lainnya adalah: shutter speed kita harus lebih besar dari panjang lensa kita. Jadi kalau kita memakai lensa 50mm, gunakan shutter minimal 1/60 detik. Jika kita memakai lensa 17mm, gunakan shutter speed 1/30 det.
  • Shutter speed untuk membekukan gerakan. Gunakan shutter speed setinggi mungkin yang bisa dicapai untuk membekukan gerakan. Semakin cepat obyek bergerak yang ingin kita bekukan dalam foto, akan semakin cepat shutter speed yang dibutuhkan. Untuk membekukan gerakan burung yang terbang misalnya, gunakan mode Shutter Priority dan set shutter speed di angka 1/1000 detik (idealnya ISO diset ke opsi auto) supaya hasilnya tajam. Kalau anda perhatikan, fotografer olahraga sangat mengidolakan mode S/Tv ini.
  • Blur yang disengaja – shutter speed untuk menunjukkan efek gerakan. Ketika memotret benda bergerak, kita bisa secara sengaja melambatkan shutter speed kita untuk menunjukkan efek pergerakan. Pastikan anda mengikutkan minimal satu obyek diam sebagai jangkar foto tersebut.